BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses
difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran
tertentu dalam waktu tertentu kepada para anggota sistem sosial. Pada proses
menyebaran pesan-pesan dari gagasan baru tersebut diperlukan kerjasama antara
pemberi pembaharuhan dengan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dan
masyarakat yang menerima perubahan tersebut.
Rogers
(199429:30) berpendapat tujuan adanya proses pengkomunikasian pada adopsi
inovasi saling bergantung digunakan untuk bertukar informasi satu sama lain
tujuannya mencapai pemahaman bersama. Pada proses difusi inovasi diperlukan
orang yang paling inovatif, orang yang paling inovatif seringkali seringkali
dianggap sebagai penyimpangan (deviant) dari sistem sosial, dan oleh rata-rata
anggota masyarakat akan diragukan statusnya serta dipandang rendah
kredibilitasnya. Peran orang-orang yang seperti itu pada proses difusi
(terutama dalam mempengaruhi orang lain berkenaan dengan inovasi) akan
terbatas. Sebaliknya, anggota masyarakat yang berperan sebagai tokoh masyarakat
akan memberikan informasi dan nasehat kepada banyak orang didalam sistem
mengenai adopsi inovasi.
Karena manusia adalah makhluk sosial
yang selalu hidup berkelompok, bersama-sama serta saling berhubungan satu sama
lain. Dalam kelompok tersebut peranan pemimpin atau tokoh masyarakat sangat
penting untuk mampu membawa lembaga atau
organisasi dan masyarakatnya kepada sasaran dalam jangka waktu yang ditentukan.
Pemimpin era globalisasi adalah
seorang pemimpin yang harus mempunyai pandangan luas, kreatif, inovatif tidak
menaruh ketakutan dan suka akan ide-ide baru, punya visi dan mau belajar terus.
Ia juga harus dapat menerima dan mengatasi hal-hal yang sama sekali baru dan
mungkin hal yang tidak diharapkannya. Pemimpin global harus mampu menangani
situasi baru yang tak pasti dan kompleks. Oleh karena itu “Peranan Pemimpin Atau Tokoh Masyarakat Dalam Proses Adopsi Inovasi”
sangat diperlukan untk menjalin kerjasama dalam menerima pembaharuan yang
bermanfaat.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
proses terjadinya adopsi inovasi?
2. Apa
peranan struktur sosial pada proses difusi inovasi?
3. Apa
peranan pemimpin atau tokoh dalam struktur sosial pada proses adopsi inovasi?
1.3
Tujuan
1. Bertujuan
untuk mengetahui proses terjadinya adopsi inovasi.
2. Bertujuan
untuk mengetahui peranan struktur sosial pada proses difusi inovasi.
3. Bertujuan
mengetahui peranan pemimpin atau tokoh dalam struktur sosial pada proses adopsi
inovasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Proses terjadinya adopsi inovasi
Hanafi (dalam Rogers: 35) berpendapat proses difusi merupakan
proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran dalam waktu tertentu
bagi para anggota sistem sosial. Pada proses menyebaran pesan-pesan dari
gagasan baru, diperlukan kerjasama antara pemberi pembaharuan dengan peranan
pemimpin atau tokoh masyarakat dan masyarakat yang menerima perubahan tersebut.
Keputusan
inovasi dilakukan karena adanya usaha pemberian dan pemrosesan informasi dalam
rangka memperkecil ketakpastian mengenai inovasi. Proses keputusan inovasi ini
dapat mengarah pada penerimaan (adopsi), yakni suatu keputusan untuk sepenuhnya
menggunakan inovasi sebagai cara terbaik atau mengarah pada penolakan yaitu
keputusan untuk tidak menggunakan inovasi. Proses mengadopsian inovasi dapat
ditandai dengan 5 langkah pokok antara lain; (1) pengenalan, (2) persuasi, (3)
keputusan, (4) pelaksanaan dan (5) konfirmasi.
Tahap
pengenalan digunakan untuk mengetahui fungsi inovasi. Pengadopsian terjadi
ketika seorang terlihat dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk
menerima atau menolak inovasi. Pelaksanaan atau implementasi berlangsung ketika
seseorang menerapkan penggunaan inovasi dalam kehidupannya sehari-hari. Selanjutnya
meningkat pada tahap persuasi dan terutama pada tahap keputusan seseorang
mencari informasi penilaian-inovasi untuk mengurangi
ketidakpastianakibat-akibat yang diharapkan dari inovasi.
Proses keputusan inovasi berdimensi
waktu, tahap itu berlangsung dalam suatu urutan waktu mulai dari pengenalan,
persuasi, keputusan, pelaksanaan dan pengukuhan. Kecepatan pengadopsian inovasi
pada berdasarkan sistem sosialnya. Menurut
Rost (dalam Rogers, 1994) pemimpin atau tokoh masyarakat mempunyai hubungan
yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan
perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Kepemimpinan didefinisikan
sebagai proses-proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai
peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi kelompok atau
organisasi, pengorganisasian dari aktivitas kerja untuk mencapai sasaran
tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan
hubungan kerjasama atau teamwork,
serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada di luar
kelompok atau organisasi dalam suatu sistem sosial
Sistem
sosial didefinisikan sebagai seperangkat unit-unit yang terikat dalam kerjasama
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan-tujuan bersama anggota atau unit
anggota sistem sosial. Proses penyebaran inovasi dalam sistem sosial
dipengaruhi oleh struktur sosial dalam masyarakat.
Perilaku inovasi adalah semua perilaku individu
yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal baru,
yang bermanfaat dalam berbagai sistem sosial atau organisasi suatu kelompok. Tidak hanya itu perilaku inovatif dimaksudkan
sebagai perilaku manusia yang digunakan untuk menghasilkan, memanfaatkan
hal-hal baru dalam setiap sistem kelompok atau organisasi.
Inovasi berkaitan dengan aktivitas penciptaan
perubahan dan perbaikan. Perubahan bertujuan mengenalkan sesuatu yang baru
dengan menggantikan yang lama menuju ke suatu hal yang lebih baik. Perubahan
merupakan sebuah proses yang pasti terjadi,tujuannya adalah menyesuaikan atau survive
dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam lingkungan internal maupun
eksternal. Inovasi membutuhkan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat agar
lebih cepat diterima oleh suatu masyarakat.
2.2 Peranan struktur sosial pada proses
difusi inovasi
Struktur sosial merupakan susunan
yang terpola dari unit-unit sistem sosial. Struktur ini menyebabkan keteraturan
dan kestabilan perilaku, karena memberikan sejumlah informasi yang dapat mengurangi
ketidakpastian. Dalam struktur sosial terdapat komunikasi yang menghubungkan
antar pribadi dengan pemimpin atau tokoh masyarakat. Karena pemimpin atau tokoh
masyarakat memberikan peranan yang penting bagi proses pengadopsian inovasi.
a. Hubungan
Pemimpinan Atau Tokoh Masyarakat Terhadap Pengadopsian Inovasi
Pemimpin dan inovasi adalah dua hal yang harus
selalu beriringan. Artinya, di mana ada pemimpin maka di sana ada inovasi dan
gagasan baru, harus ada rencana perbaikan. Jadi, untuk melakukan hal tersebut
seorang pemimpin harus mengetahui konteks dan situasi dari institusi yang dipimpinnya.
Setiap gagasan atau ide harus dipelajari secara mendalam, sehingga inovasi dan
gagasan baru yang muncul dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Perilaku
Pemimpin Mempengaruhi Perilaku Inovatif
Kartini (1998)
berpendapat pemimpin dapat mempengaruhi perilaku inovatif melalui dua pendekatan
menggunakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan, fungsinya untuk
menjalankan kerjasama dalam menerapkan perubahan inovatif secara bersama.
2.3 Peranan pemimpin atau tokoh masyarakat
dalam proses adopsi inovasi
Pemimin atau tokoh masyarakat
memberikan pengaruh penting pada pengadopsian inovasi. Anggota masyarakat yang
berperan sebagai tokoh, akan memberikan informasi dan nasehat kepada banyak
orang didalam suatu sistem mengenai
inovasi. Ketokohan (opini leadership) pada seseorang itu relatif sering mempengaruhi
sikap dan perilaku nyata orang lain secara informal kearah yang dikehendaki. Pada
umumnya sistem sosial berorientasi pada perubahan, tokoh masyarakatnya
inovatif. Pemimpin atau tokoh masyarakat bertindak sebagai suatu model yang
tepat untuk perilaku inovasi.
Pada setiap masyarakat biasanya ada
tokoh yang inovatif dan ada pula yang menentang perubahan. Orang-orang yang
berpengaruh ini dapat memimpin promosi ide-ide baru. Pemimpin atau tokoh
masyarakat dalam sistem sosial mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk proses
pengadopsian inovasi dikarenakan merupakan profesional yang mewakili lembaga
pembaharuan diluar sistem disebut sebagai agen pembaharu.
Pengertian
Agen Pembaharu
Agen pembaharu (chage agent) adalah
orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan
tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Pekerjaan ini mencakup berbagai macam pekerjaan
seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian dan sebagainya.
Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara pengusaha
pembaharuan (sumber inovasi) dengan system klien (sasaran inovasi). Tugas utama
agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha
pembaharuan ke klien. Proses komunikasi akan efektif jika inovasi yang disampaikan kepada klien
harus dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang
dihadapinya. Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan
balik dari sistem klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui
agen pembaharu. Dengan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur
kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi lebih efektif.
Fungsi dan
Tugas Agen Pembaharu
Fungsi utama agen pembaharu adalah
sebagai penghubung antara pengusaha pembaharuan (change agency) dengan klien,
tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan
keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh
klien terutama terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien.
Jika komunikasi lancer dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat
dan makin mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika
komunikasi terhambat makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas
utama yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan
klien. Kemantapan hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka komunikasi
akan lebih lancar.
Rogers, mengemukakan ada tujuh langkah kegiatan agen
pembaharu dalam pelaksanaan tugasnya inovasi pada sistem klien, sebagai
berikut;
1.
Membangkitkan
kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya diminta
untuk membantu kliennya agar mereka sadar akan perlunya perubahan.Agen
pembaharu mulai dengan mengemukakan berbagaimasalah yang ada, membantu
menemukan masalah yang penting dan mendesak, serta meyakinkan klien bahwa
mereka mampu memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini agen pembaharu
menentukan kebutuhan klien dan juga membantu caranya menemukan masalah atau
kebutuhan dengan cara konsultatif
2.
Memantapkan
hubungan pertukaran informasi. Sesudah ditentukannya kebutuhan untuk berubah,
agen pembaharu harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien.
Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik kepada klien dengan
cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya, saling mempercayai dan
juga agen pembaharu harus menunjukan empati pada masalah dan kebutuhan klien
3.
Mendiagnosa
masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab untuk
menganalisa situasi masalah yang dihadapi klien, agar dapat menentukan berbagai
alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Untuk sampai pada kesimpulan diagnosa agen pembaharu harus meninjau situasi dengan penuh emphati. Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.
menganalisa situasi masalah yang dihadapi klien, agar dapat menentukan berbagai
alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Untuk sampai pada kesimpulan diagnosa agen pembaharu harus meninjau situasi dengan penuh emphati. Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.
4.
Membangkitkan
kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu menggali berbagai macam
cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen
pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar
klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk menerima
inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap berorientasi pada
klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menoinjolkan
inovasi.
5.
Mewujudkan
kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi tingkah
laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien jadi jangan
memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan
antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan pada tahap
persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh kerena itu dalam hal tindakan agen pembaharu
yang paling tepat menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat
menggunakan pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan kelompok lain.
6.
Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan
mencegah tidak berkelanjutannya inovasi. Agen pembaharu harus menjaga
kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan kepada klien yang telah
menerapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi
dijaga jangan sampai berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7.
Mengakhiri
hubungan ketergantungan. Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat
menumbuhkan kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya,
sebagai anggota sistem social yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman.
Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya pada
kemampuan agen pembaharu menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan sendiri.
Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi
Sistem difusi yang telah
berpuluh-puluh tahun digunakan ialah system difusi sentralisasi, yang sering
disebut juga system difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok system difusi
sentralisasi ialah: ide inovasi muncul dari para ahli yang kemudian
disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada anggota system social
yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi. Peranan klien dalam proses
difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi sentralisasi ini pada mulanya
dianggap telah berhasil dengan baik untuk menyebarluaskan inovasi di bidang
pertanian.
Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentaralisasi tidak dapat terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi kenyataannya banyak terjadi modifikasa atau re-invensi dalam penerapannya di lapangan. Kemudian timbul sistem difusi desentralisasi yang ditandai dengan: munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebaagi agen pembaharu. Perbandingan antara system difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi, diuraikan secara singkat sebagai berikut.
Sistem difusi sentralisasi Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentaralisasi tidak dapat terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi kenyataannya banyak terjadi modifikasa atau re-invensi dalam penerapannya di lapangan. Kemudian timbul sistem difusi desentralisasi yang ditandai dengan: munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebaagi agen pembaharu. Perbandingan antara system difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi, diuraikan secara singkat sebagai berikut.
(1) Wewenang pengambil keputusan dan kebijakan, berada pada administrator pemerintah pusat dan para ahli bidang ilmu (technical subject-matter expert).
(2) Arah difusi dari pusat ke bawah (top-down), artinya dari para ahli ( penemu inovasi) disebarkan ke para sasaran penerima inovasi di daerah.
(3) Sumber inovasi, dari organisasi formal “Penelitian dan Pengembangan” yang ditangani oleh para ahli
(4) Penetapan difusi inovasi dilakukan oleh tenaga administrator di pusat dan para ahli di bidang ilmu.
(5) Pendekatan yan digunakan berorientasi pada inovasi, penentuan kebutuhan klien berdasarkan adanya inovasi, dengan teknik pelaksanaan didorong dari atas.
(6) Tidak banyak terjadi re-inversi serta modifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi inovasi.
Sistem difusi desentralisasi :
(1) Keptusan dan kebijakan diambil secara bersama oleh anggota-anggota system difusi.Klien dikontrol oleh pimpinan masyarakat setempat.
(2) Arah difusi secara horizontal dari kelompok ke kelompok (peer diffusion).
(3) Sumber inovasi dating dari percobaan bukan mesti orang ahli dari wilayah setempat, yang juga sering jadi pemakainya.
(4) Penetapan difusi inovasi oleh kelompok masyarakat setempat (lokal) berdasarkan penilaian inovasi secara informal.
(5) Menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada pemecahan masalah , yang timbul dari apa yang diamati dan dirasakan oleh masyarakat setempat, teknik pelaksanaan ditarik dari bawah.
(6) Banyak terjadi re-inversi dan penyesuaian dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi antar anggota sistem sosial.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi
tidak dapat dibedakan secara tegas mana yang
Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari cirri-ciri tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau desentralisasi. Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan continuum dari desentralisasi ke sentralisasi. Kelebihan dan kelemahan sistem difusi desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan system sentralisasi. Adapun kelebihan system desentralisasi ialah bahwa difusi inovasi yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena klien sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalm membuat berbagai keputusan, seperti mana problem yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi.
Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari cirri-ciri tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau desentralisasi. Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan continuum dari desentralisasi ke sentralisasi. Kelebihan dan kelemahan sistem difusi desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan system sentralisasi. Adapun kelebihan system desentralisasi ialah bahwa difusi inovasi yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena klien sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalm membuat berbagai keputusan, seperti mana problem yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi.
Masalah kesenjangan klien-agen
pembaharu heterophily tidak terjadi, atau kalau ada sangat kecil
kemungkinannya. Motivasi untuk menerima inovasi dating dari klien sendiri, dan
kemungkinan besar biaya operasional lebih murah, yang jelas tidak perlu biaya
untuk memberi upah tenaga ahli. Dan juga pengembangan sikap percaya pada
kemampuan sendiri terpupuk dalam difusi desentralisasi. Kelemahan system difusi
desentralisasi jika dibandingkan dengan system difusi.
Sentralisasi antara lain:
(1) Jika inovasi yang akan disebarluaskan
memerlukan tenaga ahli (sarjana bidang ilmu tertentu), maka system ilmu
desentralisasi kurang tepat digunakan karena akan terjadi kesukaran mencari
tenaga ahli.
(2) Sistem
difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki kelemahan
kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang dihadapi, inovasi
mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan difusi, dan
sebagainya.
(3) Pada
suatu saat kadang-kadang memang diperlukan menyebarkan inovasi yang klien tidak
merasa memerlukanya. Maka jika menggunakan system desentralisasi tidak akan
terjadi difusi. Misalnya program KB di Afrika, Amerika Latin, dan Asia,
semuanya dengan sentralisasi. Kalau menggunakan desentralisasi maka tidak akan
terjadi difusi, karena klien belum merasa perlu KB.
Sistem difusi desentralisasi lebih tepat digunakan
untuk menyebarkan inovasi
yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan sasaran perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relative lebih tepat dengan system sentralisasi. Dapat juga dillakukan kombinasi antar beberapa unsur sistem desentralisasi
dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi kegiatan menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem desentralisasi.
Fungsi-fungsi kepemimpinan
yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan sasaran perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relative lebih tepat dengan system sentralisasi. Dapat juga dillakukan kombinasi antar beberapa unsur sistem desentralisasi
dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi kegiatan menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem desentralisasi.
Agar
organisasi dapat berjalan secara efektif, maka seorang pemimpin harus
melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas (task oriented) dan fungsi pemeliharaan
kelompok. Perilaku pemimpinan yang efektif akan melibatkan tiga perhatian atau
tujuan antara lain;
1) Berorientasi tugas. Jenis perilaku
ini memperhatikan penyelesaian tugas, menggunakan personil dan sumber daya
secara efisien, dan menyelenggarakan proses pengadopsian inovasi agar dapat
diterapkan dengan baik dalam masyarakat.
2) Berorientasi hubungan. Jenis
perilaku ini memperhatikan perbaikan hubungan dan membantu orang, meningkatkan
kooperasi dan kerja tim, meningkatkan kepuasan kerja, dan membangun
identifikasi dengan organisasi.
3) Berorientasi perubahan. Jenis
perilaku ini memperhatikan perbaikan keputusan strategis, beradaptasi terhadap
perilaku lingkungan, meningkatkan fleksibilitas dan inovasi, membuat perubahan
besar di bidang proses, produk, dan jasa, dan mendapatkan komitmen terhadap
perubahan.
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin atau tokoh
masyarakat terhadap proses adopsi adalah dengan memperhatikan perilaku individu
yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal
baru, yang bermanfaat dalam memecahkan masalah kehidupan. Karena inovasi
diciptakan untuk memberikan kemudahan dari masalah yang terjadi pada masyarakat
tersebut. Perilaku seorang pemimpin atau tokoh masyarakat akan mempengaruhi inovasi
atau terobosan yang sudah direncanakan.
Karena pemimpin atau tokoh masyarakat tersebut mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi masyarakat yang
disebabkan oleh kedudukan, peraturan yang dibuat pemimpin atau tokoh masyarakat
tersebut. disebabkan pemimpin memiliki sifat aktif, kreatif, dan menjadi
motivator, dan model yang baik bagi msyarakat yang ada disekitarnya.
BAB III
KESIMPULAN
1. Keputusan
inovasi dilakukan karena adanya usaha pemberian dan pemrosesan informasi dalam
rangka memperkecil ketakpastian mengenai inovasi. Proses keputusan inovasi ini
dapat mengarah pada penerimaan (adopsi), yakni suatu keputusan untuk sepenuhnya
menggunakan inovasi sebagai cara terbaik atau mengarah pada penolakan yaitu
keputusan untuk tidak menggunakan inovasi. Proses mengadopsian inovasi dapat
ditandai dengan 5 langkah pokok antara lain; (1) pengenalan, (2) persuasi, (3)
keputusan, (4) pelaksanaan dan konfirmasi.
2. Peranan
struktur sosial pada proses difusi inovasi merupakan susunan yang terpola dari
unit-unit sistem sosial. Struktur ini menyebabkan keteraturan dan kestabilan
perilaku, karena memberikan sejumlah informasi yang dapat mengurangi
ketidakpastian. Dalam struktur sosial terdapat komunikasi yang menghubungkan
antar pribadi dengan pemimpin atau tokoh masyarakat. Karena pemimpin atau tokoh
masyarakat memberikan peranan yang penting bagi proses pengadopsian inovasi.
3. Pemimin
atau tokoh masyarakat memberikan pengaruh penting pada pengadopsian inovasi.
Anggota masyarakat yang berperan sebahai tokoh, akan memberikan informasi dan
nasehat kepada banyak orang didalam
suatu sistem mengenai inovasi. Ketokohan (opini leadership) pada seseorang itu
relatif sering mempengaruhi sikap dan perilaku nyata orang lain secara informal
kearah yang dikehendaki.
DAFTAR
PUSTAKA
Everett M.
Rogers. 1983. Diffusion of Innovation New York : Free Press
Hanafi, Abdillah.1994. Difusi Inovasi: Penyebaran Ide-Ide Baru Ke Masyarakat. Jakarta:
Pustaka
Kartini Kartono. 1998. Pemimpin
Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Prastyo, Habib. 2013. Kuliah Difusi Inovasi; Peranan Pemimpin/Tokoh Masyarakat Dalam Proses
Difusi Inovasi. (http://kuliahdifusiinovasi.blogspot.com/) diakses
tanggal 25 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar