pp

pp

Kamis, 28 November 2013

Peranan Pemimpin / Tokoh Masyarakat dalam Pengadopsian Inovasi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Proses difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran tertentu dalam waktu tertentu kepada para anggota sistem sosial. Pada proses menyebaran pesan-pesan dari gagasan baru tersebut diperlukan kerjasama antara pemberi pembaharuhan dengan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dan masyarakat yang menerima perubahan tersebut.
Rogers (199429:30) berpendapat tujuan adanya proses pengkomunikasian pada adopsi inovasi saling bergantung digunakan untuk bertukar informasi satu sama lain tujuannya mencapai pemahaman bersama. Pada proses difusi inovasi diperlukan orang yang paling inovatif, orang yang paling inovatif seringkali seringkali dianggap sebagai penyimpangan (deviant) dari sistem sosial, dan oleh rata-rata anggota masyarakat akan diragukan statusnya serta dipandang rendah kredibilitasnya. Peran orang-orang yang seperti itu pada proses difusi (terutama dalam mempengaruhi orang lain berkenaan dengan inovasi) akan terbatas. Sebaliknya, anggota masyarakat yang berperan sebagai tokoh masyarakat akan memberikan informasi dan nasehat kepada banyak orang didalam sistem mengenai adopsi inovasi.
Karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersama-sama serta saling berhubungan satu sama lain. Dalam kelompok tersebut peranan pemimpin atau tokoh masyarakat sangat penting untuk mampu membawa lembaga  atau organisasi dan masyarakatnya kepada sasaran dalam jangka waktu yang ditentukan.
Pemimpin era globalisasi adalah seorang pemimpin yang harus mempunyai pandangan luas, kreatif, inovatif tidak menaruh ketakutan dan suka akan ide-ide baru, punya visi dan mau belajar terus. Ia juga harus dapat menerima dan mengatasi hal-hal yang sama sekali baru dan mungkin hal yang tidak diharapkannya. Pemimpin global harus mampu menangani situasi baru yang tak pasti dan kompleks. Oleh karena itu “Peranan Pemimpin Atau Tokoh Masyarakat Dalam Proses Adopsi Inovasi” sangat diperlukan untk menjalin kerjasama dalam menerima pembaharuan yang bermanfaat.

 

1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses terjadinya adopsi inovasi?
2.      Apa peranan struktur sosial pada proses difusi inovasi?
3.      Apa peranan pemimpin atau tokoh dalam struktur sosial pada proses adopsi inovasi?
1.3              Tujuan
1.      Bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya adopsi inovasi.
2.      Bertujuan untuk mengetahui peranan struktur sosial pada proses difusi inovasi.
3.   Bertujuan mengetahui peranan pemimpin atau tokoh dalam struktur sosial pada proses adopsi inovasi.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Proses terjadinya adopsi inovasi
Hanafi (dalam Rogers: 35) berpendapat proses difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran dalam waktu tertentu bagi para anggota sistem sosial. Pada proses menyebaran pesan-pesan dari gagasan baru, diperlukan kerjasama antara pemberi pembaharuan dengan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dan masyarakat yang menerima perubahan tersebut.
Keputusan inovasi dilakukan karena adanya usaha pemberian dan pemrosesan informasi dalam rangka memperkecil ketakpastian mengenai inovasi. Proses keputusan inovasi ini dapat mengarah pada penerimaan (adopsi), yakni suatu keputusan untuk sepenuhnya menggunakan inovasi sebagai cara terbaik atau mengarah pada penolakan yaitu keputusan untuk tidak menggunakan inovasi. Proses mengadopsian inovasi dapat ditandai dengan 5 langkah pokok antara lain; (1) pengenalan, (2) persuasi, (3) keputusan, (4) pelaksanaan dan (5) konfirmasi.
Tahap pengenalan digunakan untuk mengetahui fungsi inovasi. Pengadopsian terjadi ketika seorang terlihat dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi. Pelaksanaan atau implementasi berlangsung ketika seseorang menerapkan penggunaan inovasi dalam kehidupannya sehari-hari. Selanjutnya meningkat pada tahap persuasi dan terutama pada tahap keputusan seseorang mencari informasi penilaian-inovasi untuk mengurangi ketidakpastianakibat-akibat yang diharapkan dari inovasi.
Proses keputusan inovasi berdimensi waktu, tahap itu berlangsung dalam suatu urutan waktu mulai dari pengenalan, persuasi, keputusan, pelaksanaan dan pengukuhan. Kecepatan pengadopsian inovasi pada berdasarkan sistem sosialnya. Menurut Rost (dalam Rogers, 1994) pemimpin atau tokoh masyarakat mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses-proses mempengaruhi, yang mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas kerja untuk mencapai sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama atau teamwork, serta perolehan dukungan dan kerjasama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi dalam suatu sistem sosial
Sistem sosial didefinisikan sebagai seperangkat unit-unit yang terikat dalam kerjasama pemecahan masalah untuk mencapai tujuan-tujuan bersama anggota atau unit anggota sistem sosial. Proses penyebaran inovasi dalam sistem sosial dipengaruhi oleh struktur sosial dalam masyarakat.
Perilaku inovasi adalah semua perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal baru, yang bermanfaat dalam berbagai sistem sosial atau organisasi suatu kelompok. Tidak hanya itu perilaku inovatif dimaksudkan sebagai perilaku manusia yang digunakan untuk menghasilkan, memanfaatkan hal-hal baru dalam setiap sistem kelompok atau organisasi.
Inovasi berkaitan dengan aktivitas penciptaan perubahan dan perbaikan. Perubahan bertujuan mengenalkan sesuatu yang baru dengan menggantikan yang lama menuju ke suatu hal yang lebih baik. Perubahan merupakan sebuah proses yang pasti terjadi,tujuannya adalah menyesuaikan  atau survive dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam lingkungan internal maupun eksternal. Inovasi membutuhkan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat agar lebih cepat diterima oleh suatu masyarakat.

2.2       Peranan struktur sosial pada proses difusi inovasi
            Struktur sosial merupakan susunan yang terpola dari unit-unit sistem sosial. Struktur ini menyebabkan keteraturan dan kestabilan perilaku, karena memberikan sejumlah informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian. Dalam struktur sosial terdapat komunikasi yang menghubungkan antar pribadi dengan pemimpin atau tokoh masyarakat. Karena pemimpin atau tokoh masyarakat memberikan peranan yang penting bagi proses pengadopsian inovasi.
a.         Hubungan Pemimpinan Atau Tokoh Masyarakat Terhadap Pengadopsian Inovasi
Pemimpin dan inovasi adalah dua hal yang harus selalu beriringan. Artinya, di mana ada pemimpin maka di sana ada inovasi dan gagasan baru, harus ada rencana perbaikan. Jadi, untuk melakukan hal tersebut seorang pemimpin harus mengetahui konteks dan situasi dari institusi yang dipimpinnya. Setiap gagasan atau ide harus dipelajari secara mendalam, sehingga inovasi dan gagasan baru yang muncul dapat dilaksanakan dengan baik.
b.         Perilaku Pemimpin Mempengaruhi Perilaku Inovatif
Kartini (1998) berpendapat pemimpin dapat mempengaruhi perilaku inovatif melalui dua pendekatan menggunakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan, fungsinya untuk menjalankan kerjasama dalam menerapkan perubahan inovatif secara bersama.

2.3       Peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dalam proses adopsi inovasi
            Pemimin atau tokoh masyarakat memberikan pengaruh penting pada pengadopsian inovasi. Anggota masyarakat yang berperan sebagai tokoh, akan memberikan informasi dan nasehat kepada banyak orang  didalam suatu sistem mengenai inovasi. Ketokohan (opini leadership) pada seseorang itu relatif sering mempengaruhi sikap dan perilaku nyata orang lain secara informal kearah yang dikehendaki. Pada umumnya sistem sosial berorientasi pada perubahan, tokoh masyarakatnya inovatif. Pemimpin atau tokoh masyarakat bertindak sebagai suatu model yang tepat untuk perilaku inovasi.
            Pada setiap masyarakat biasanya ada tokoh yang inovatif dan ada pula yang menentang perubahan. Orang-orang yang berpengaruh ini dapat memimpin promosi ide-ide baru. Pemimpin atau tokoh masyarakat dalam sistem sosial mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk proses pengadopsian inovasi dikarenakan merupakan profesional yang mewakili lembaga pembaharuan diluar sistem disebut sebagai agen pembaharu.
Pengertian Agen Pembaharu
Agen pembaharu (chage agent) adalah orang yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Pekerjaan ini mencakup berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh pertanian dan sebagainya. Semua agen pembaharu bertugas membuat jalinan komunikasi antara pengusaha pembaharuan (sumber inovasi) dengan system klien (sasaran inovasi). Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien. Proses komunikasi akan efektif  jika inovasi yang disampaikan kepada klien harus dipilih sesuai dengan kebutuhannya atau sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Agar jalinan komunikasi dalam proses difusi ini efektif, umpan balik dari sistem klien harus disampaikan kepada pengusaha pembaharuan melalui agen pembaharu. Dengan umpan balik ini pengusaha pembaharuan dapat mengatur kembali bagaimana sebaiknya agar komunikasi lebih efektif.

Fungsi dan Tugas Agen Pembaharu
Fungsi utama agen pembaharu adalah sebagai penghubung antara pengusaha pembaharuan (change agency) dengan klien, tujuannya agar inovasi dapat diterima atau diterapkan oleh klien sesuai dengan keinginan pengusaha pembaharuan. Kunci keberhasilan diterimanya inovasi oleh klien terutama terletak pada komunikasi antara agen pembaharu dengan klien. Jika komunikasi lancer dan efektif proses penerimaan inovasi akan lebih cepat dan makin mendekati tercapainya tujuan yang diinginkan. Sebaliknya jika komunikasi terhambat makin tipis harapan diterimanya inovasi. Oleh karena tugas utama yang harus dilakukan agen pembaharu adalah memantapkan hubungan dengan klien. Kemantapan hubungan antara agen pembaharu dengan klien, maka komunikasi akan lebih lancar.

Rogers, mengemukakan ada tujuh langkah kegiatan agen pembaharu dalam pelaksanaan tugasnya inovasi pada sistem klien, sebagai berikut;
1.      Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar akan perlunya perubahan.Agen pembaharu mulai dengan mengemukakan berbagaimasalah yang ada, membantu menemukan masalah yang penting dan mendesak, serta meyakinkan klien bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut. Pada tahap ini agen pembaharu menentukan kebutuhan klien dan juga membantu caranya menemukan masalah atau kebutuhan dengan cara konsultatif
2.      Memantapkan hubungan pertukaran informasi. Sesudah ditentukannya kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien. Agen pembaharu dapat meningkatkan hubungan yang lebih baik kepada klien dengan cara menumbuhkan kepercayaan klien pada kemampuannya, saling mempercayai dan juga agen pembaharu harus menunjukan empati pada masalah dan kebutuhan klien
3.      Mendiagnosa masalah yang dihadapi. Agen pembaharu bertanggung jawab untuk
menganalisa situasi masalah yang dihadapi klien, agar dapat menentukan berbagai
alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien. Untuk sampai pada kesimpulan diagnosa agen pembaharu harus meninjau situasi dengan penuh emphati. Agen pembaharu melihat masalah dengan kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen pembaharu.
4.      Membangkitkan kemauan klien untuk berubah. Setelah agen pembaharu menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk menerima inovasi. Namun demikian cara yang digunakan harus tetap berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien jangan terlalu menoinjolkan inovasi.
5.      Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi tingkah laku klien dengan persetujuan dan berdasarkan kebutuhan klien jadi jangan memaksa. Dimana komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh kerena itu dalam hal tindakan agen pembaharu yang paling tepat menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat menggunakan pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan kelompok lain.
6.       Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi. Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7.      Mengakhiri hubungan ketergantungan. Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat menumbuhkan kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya, sebagai anggota sistem social yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman. Agen pembaharu harus berusaha mengubah posisi klien dari ikatan percaya pada kemampuan agen pembaharu menjadi bebas dan percaya kepada kemampuan sendiri.
Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi
Sistem difusi yang telah berpuluh-puluh tahun digunakan ialah system difusi sentralisasi, yang sering disebut juga system difusi model klasik. Adapun ciri-ciri pokok system difusi sentralisasi ialah: ide inovasi muncul dari para ahli yang kemudian disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada anggota system social yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi. Peranan klien dalam proses difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi sentralisasi ini pada mulanya dianggap telah berhasil dengan baik untuk menyebarluaskan inovasi di bidang pertanian.
Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentaralisasi tidak dapat terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya, tapi kenyataannya banyak terjadi modifikasa atau re-invensi dalam penerapannya di lapangan. Kemudian timbul sistem difusi desentralisasi yang ditandai dengan: munculnya ide baru tidak dari seorang atau sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebaagi agen pembaharu. Perbandingan antara system difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi, diuraikan secara singkat sebagai berikut.
Sistem difusi sentralisasi 
(1) Wewenang pengambil keputusan dan kebijakan, berada pada administrator pemerintah pusat dan para ahli bidang ilmu (technical subject-matter expert).  
(2) Arah difusi dari pusat ke bawah (top-down), artinya dari para ahli ( penemu inovasi) disebarkan ke para sasaran penerima inovasi di daerah. 
(3) Sumber inovasi, dari organisasi formal “Penelitian dan Pengembangan” yang ditangani oleh para ahli 
(4) Penetapan difusi inovasi dilakukan oleh tenaga administrator di pusat dan para ahli di bidang ilmu. 
(5) Pendekatan yan digunakan berorientasi pada inovasi, penentuan kebutuhan klien berdasarkan adanya inovasi, dengan teknik pelaksanaan didorong dari atas.
(6) Tidak banyak terjadi re-inversi serta modifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi inovasi. 
Sistem difusi desentralisasi :  
(1)           Keptusan dan kebijakan diambil secara bersama oleh anggota-anggota system difusi.Klien dikontrol oleh pimpinan masyarakat setempat.
(2) Arah difusi secara horizontal dari kelompok ke kelompok (peer diffusion).  
(3) Sumber inovasi dating dari percobaan bukan mesti orang ahli dari wilayah setempat, yang juga sering jadi pemakainya.  
(4) Penetapan difusi inovasi oleh kelompok masyarakat setempat (lokal) berdasarkan penilaian inovasi secara informal. 
(5) Menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada pemecahan masalah , yang timbul dari apa yang diamati dan dirasakan oleh masyarakat setempat, teknik pelaksanaan ditarik dari bawah.  
(6) Banyak terjadi re-inversi dan penyesuaian dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi antar anggota sistem sosial.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi tidak dapat dibedakan secara tegas mana yang
Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari cirri-ciri tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau desentralisasi. Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan continuum dari desentralisasi ke sentralisasi. Kelebihan dan kelemahan sistem difusi desentralisasi. Sistem difusi desentralisasi disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan system sentralisasi. Adapun kelebihan system desentralisasi ialah bahwa difusi inovasi yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal ini terjadi karena klien sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalm membuat berbagai keputusan, seperti mana problem yang paling mendesak, bagaimana inovasi akan diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol pelaksanaan difusi.
Masalah kesenjangan klien-agen pembaharu heterophily tidak terjadi, atau kalau ada sangat kecil kemungkinannya. Motivasi untuk menerima inovasi dating dari klien sendiri, dan kemungkinan besar biaya operasional lebih murah, yang jelas tidak perlu biaya untuk memberi upah tenaga ahli. Dan juga pengembangan sikap percaya pada kemampuan sendiri terpupuk dalam difusi desentralisasi. Kelemahan system difusi desentralisasi jika dibandingkan dengan system difusi.
Sentralisasi antara lain:
(1)        Jika inovasi yang akan disebarluaskan memerlukan tenaga ahli (sarjana bidang ilmu tertentu), maka system ilmu desentralisasi kurang tepat digunakan karena akan terjadi kesukaran mencari tenaga ahli.
(2) Sistem difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki kelemahan kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang dihadapi, inovasi mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol pelaksanaan difusi, dan sebagainya.
(3) Pada suatu saat kadang-kadang memang diperlukan menyebarkan inovasi yang klien tidak merasa memerlukanya. Maka jika menggunakan system desentralisasi tidak akan terjadi difusi. Misalnya program KB di Afrika, Amerika Latin, dan Asia, semuanya dengan sentralisasi. Kalau menggunakan desentralisasi maka tidak akan terjadi difusi, karena klien belum merasa perlu KB.
Sistem difusi desentralisasi lebih tepat digunakan untuk menyebarkan inovasi
yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan sasaran perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relative lebih tepat dengan system sentralisasi. Dapat juga dillakukan kombinasi antar beberapa unsur sistem desentralisasi
dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi kegiatan menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem desentralisasi.
Fungsi-fungsi kepemimpinan
Agar organisasi dapat berjalan secara efektif, maka seorang pemimpin harus melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas (task oriented) dan fungsi pemeliharaan kelompok. Perilaku pemimpinan yang efektif akan melibatkan tiga perhatian atau tujuan antara lain;
1)      Berorientasi tugas. Jenis perilaku ini memperhatikan penyelesaian tugas, menggunakan personil dan sumber daya secara efisien, dan menyelenggarakan proses pengadopsian inovasi agar dapat diterapkan dengan baik dalam masyarakat.
2)      Berorientasi hubungan. Jenis perilaku ini memperhatikan perbaikan hubungan dan membantu orang, meningkatkan kooperasi dan kerja tim, meningkatkan kepuasan kerja, dan membangun identifikasi dengan organisasi.
3)      Berorientasi perubahan. Jenis perilaku ini memperhatikan perbaikan keputusan strategis, beradaptasi terhadap perilaku lingkungan, meningkatkan fleksibilitas dan inovasi, membuat perubahan besar di bidang proses, produk, dan jasa, dan mendapatkan komitmen terhadap perubahan.


Gaya Kepemimpinan
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin atau tokoh masyarakat terhadap proses adopsi adalah dengan memperhatikan perilaku individu yang diarahkan untuk menghasilkan, memperkenalkan, dan mengaplikasikan hal-hal baru, yang bermanfaat dalam memecahkan masalah kehidupan. Karena inovasi diciptakan untuk memberikan kemudahan dari masalah yang terjadi pada masyarakat tersebut. Perilaku seorang pemimpin atau tokoh masyarakat akan mempengaruhi inovasi atau terobosan yang sudah direncanakan.  Karena pemimpin atau tokoh masyarakat tersebut mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi masyarakat yang disebabkan oleh kedudukan, peraturan yang dibuat pemimpin atau tokoh masyarakat tersebut. disebabkan pemimpin memiliki sifat aktif, kreatif, dan menjadi motivator, dan model yang baik bagi msyarakat yang ada disekitarnya.








BAB III
KESIMPULAN
1.      Keputusan inovasi dilakukan karena adanya usaha pemberian dan pemrosesan informasi dalam rangka memperkecil ketakpastian mengenai inovasi. Proses keputusan inovasi ini dapat mengarah pada penerimaan (adopsi), yakni suatu keputusan untuk sepenuhnya menggunakan inovasi sebagai cara terbaik atau mengarah pada penolakan yaitu keputusan untuk tidak menggunakan inovasi. Proses mengadopsian inovasi dapat ditandai dengan 5 langkah pokok antara lain; (1) pengenalan, (2) persuasi, (3) keputusan, (4) pelaksanaan dan konfirmasi.
2.      Peranan struktur sosial pada proses difusi inovasi merupakan susunan yang terpola dari unit-unit sistem sosial. Struktur ini menyebabkan keteraturan dan kestabilan perilaku, karena memberikan sejumlah informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian. Dalam struktur sosial terdapat komunikasi yang menghubungkan antar pribadi dengan pemimpin atau tokoh masyarakat. Karena pemimpin atau tokoh masyarakat memberikan peranan yang penting bagi proses pengadopsian inovasi.
3.      Pemimin atau tokoh masyarakat memberikan pengaruh penting pada pengadopsian inovasi. Anggota masyarakat yang berperan sebahai tokoh, akan memberikan informasi dan nasehat kepada banyak orang  didalam suatu sistem mengenai inovasi. Ketokohan (opini leadership) pada seseorang itu relatif sering mempengaruhi sikap dan perilaku nyata orang lain secara informal kearah yang dikehendaki.









DAFTAR PUSTAKA
Everett M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovation New York : Free Press
Hanafi, Abdillah.1994. Difusi Inovasi: Penyebaran Ide-Ide Baru Ke Masyarakat. Jakarta: Pustaka
Kartini Kartono. 1998. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Prastyo, Habib. 2013. Kuliah Difusi Inovasi; Peranan Pemimpin/Tokoh Masyarakat Dalam Proses Difusi Inovasi. (http://kuliahdifusiinovasi.blogspot.com/) diakses tanggal 25 November 2013



           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar